Teori tentang pikiran mengacu pada kesadaran
seseorang akan proses mentalnya dan proses mental orang lain. Anak-anak yang
masih sangat belia pun memiliki keingintahuan akan hakikat pikiran manusia
(Flavell, 1999, 2004; Harris, 2006; Wellman, 1997, 2000, 2004). Teori mereka
tentang pikiran, berubah sepanjang masa kanak-kanak. Ketika berusia 2 sampai 3
tahun, anak-anak mulai memahami tiga tahapan mental.
- Persepsi.
- Keinginan.
Anak-anak memahami bahwa jika seseorang ingin
sesuatu ia akan berusaha mendapatkannya. Seorang anak mungkin berkata, “ Aku
ingin ibuku, aku ingin mainan, aku ingin es krim dst”, dalam mewujudkan apa
yang diinginkannya.
- Emosi.
Anak-anak dapat membedakan antara emosi-emosi
positif dan negatif. Emosi positif contohnya merasa bahagia dan emosi negatif
contohnya merasa sedih. Sehingga seorang anak dalam menunjukkan emosi, biasanya
mengungkapkan “Aku Senang…” untuk menunjukkan emosi positif yang dia rasakan.
Terlepas dari perkembangan-perkembangan
tersebut, anak yang berusia 2 sampai 3 tahun hanya memiliki pemahaman minimal
tentang bagaimana kehidupan mental dapat dihubungkan dengan perilaku. Mereka berpikir
bahwa orang-orang yang berada di bawah kekuasaan hasrat mereka, seperti
misalnya orang tua, kakek nenek, dst. Serta mereka tidak memahami bagaimana
kepercayaan mempengaruhi perilaku.
Ketika berusa 4 sampai 5 tahun,
anak-anak mulai memahami bahwa pikiran dapat merepresentasikan objek dan peristiwa
secara akurat dan tidak akurat. Pemahaman bahwa orang kadang memiliki keyakinan
yang keliru (false belief) berkembang
pada mayoritas anak berusia 5 tahun (Wellman, Cross, dan Watson, 2001). Contohnya
dalam sebuah studi, sebuah kotak obat-obatan ditunjukkan kepada anak-anak, lalu
anak tersebut ditanya apa kira-kira isi dari kotak itu (Jenkins dan Astington,
1996). Ketika peneliti menanyakan apa kira-kira isi dari kotak, menurut anak
yang belum pernah membuka kotak tersebut, anak berusia 3 tahun lazimnya
menjawab “pensil”. Anak-anak berusia 4 dan 5 tahun, yang memahami keyakinan
keliru anak lain, sambil tersenyum mengatakan bahwa isi dari kotak itu adalah “obat-obatan”.
Baru setelah melewati tahun-tahun prasekolah,
anak memiliki apresiasi yang mendalam tentang pikiran itu sendiri, yakni bahwa
pemikiran itu lebih dari sekedar “bagian-bagian mental” (Wellman, 2004). Pada
pertengahan atau akhir masa kanak-kanak, anak-anak melihat pikiran sebagai
sebuah konstruktor pengetahuan yang aktif atau pusat pemrosesan informasi
(Flavell, Green, dan Flavell, 1995). Pemahaman anak beralih, dari pemahaman
bahwa kepercayaan bisa saja salah menjadi pemahaman bahwa kepercayaan dan
pikiran bersifat “interpretatif”, yakni kesadaran bahwa suatu peristiwa dapat
diinterpretasikan secara berbeda (Carpendale dan Chandles, 1996).
No comments:
Post a Comment