Keterbelakangan mental atau yang lebih
dikenal dengan retardasi mental (mental retardation) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan fungsi kecerdasan yang berada dibawah rata-rata disertai dengan
kurangnya kemampuan menyesuaikan diri (perilaku maladaptive), yang mulai tampak
pada awal kelahiran. Pada mereka yang mengalami retardasi mental memiliki
keterbelakangan atau keterlambatan dalam kecerdasan, adaptasi dan biasanya
disertai keterlambatan dalam bahasa.
Luckasson (1992) mengatakan, bahwa mental
retardasi adalah bentuk keterbelakangan mental yang sudah tampak sejak masa
kanak-kanak yang ditandai dengan disfungsi intelektual dan memiliki taraf
intelegensi dibawah rata-rata. Biasanya penderita retardasi mental mengalami
kesulitan dalam berbagai aktivitas sehari-hari hingga pada taraf yang lebih
paraf seperti adanya defisit kognitif.
Mark Durand dan David H. Barlow (2007)
mengatakan bahwa retardasi mental adalah bentuk keterbelakangan fungsi
intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata yang disertai oleh
defisit fungsi adaptasi, seperti kegagalan dalam mengurus diri sendiri dan
timbulnya perilaku menentang.
Menurut DSM IV-TR retardasi mental
merupakan gangguan fungsi intelektual yang secara signifikan berada dibawah
rata-rata dengan skor IQ=70 ataupun kurang. Retardasi mental ditandai dengan
adanya defisit atau hendaya dalam fungsi adaptif, seperti bidang komunikasi,
mengurus diri, keterampilan social, interpersonal dan keterampilan akademik.
Ciri-ciri
Klinis Retardasi Mental
Ø Orang yang memiliki fungsi intelektual berada di
bawah tingkat subaverage (IQ<70)
Ø Hendaya dalam fungsi adaptif, misalnya kesulitan
berkomunikasi, kesulitan dalam mengurus diri, kesulitan membina relasi social,
rendahnya kemampuan akademis, kesehatan yang sering terganggu
Ø Usia onset, yakni timbulnya retardasi mental pada
usia 18 tahun. Batasan ini ditetapkan sebagai identifikasi gangguan pada
fase-fase perkembangan berikutnya.
Klasifikasi
retardasi mental menurut DSM IV-TR
Ø Retardasi mental ringan (Mild)
Penderita masih bisa mandiri dengan tingkat
pengawasan yang minimal dan masih dapat berprestasi secara memadai. Tapi masih
sangat tergantung pada pendidikan, pelatihan dan dukungan masyarakat.
Ø Retardasi mental sedang (Moderate)
Memiliki IQ 36-50, memiliki keterbatasan dan
keterlambatan dalam belajar bicara dan keterlambatan dalam perkembangan ADL (activity Daily Living). Dengan adanya
pelatihan dan dukungan lingkungan, penderita retardasi mental pada kategori ini
masih bisa hidup mandiri dengan taraf keterampilan dan kebutuhan tertentu.
Ø Retardasi mental berat (Severe)
Memiliki IQ 20-25, memiliki keterampilan komunikasi
formal yang terbatas, sehingga tidak pernah bicara lisan dan jika adapun
bicaranya hanya sebatas satu atau dua kata. Penderitanya membuthkan bantuan
khusus seperti memasang baju, makan, mandi, dst. Tidak memiliki keterampilan
akademik
Ø Retardasi mental sangat berat (Profound)
Memiliki IQ < 19, biasanya tidak dapat berjalanm
berbicara ataupun memahami orang lain. Angka harapan hidup anak yang memiliki
retardasi mental profound sangat kecil.
Berdasarkan klasifikasi sebelumnya, maka Cipani
(1991) membuat batasan pendidikan bagi penderita retardasi mental. Antara lain
Ø Educable mental retardation
Individu yang memiliki IQ 50-70, meereka masih bisa
dilatih, dididik, dan masih bisa mempelajari keterampilan dasar akademik.
Ø Trainable mental retardation
Individu yang memiliki tignkat skor IQ 30-50, mereka
masih dapat dilatih dan dididik, namun tidak secepat mereka yang educable
mental retardation.
Ø Serve mental retardation
Individu yang memiliki tingkat IQ < 30, mereka
tidak mampu mengikuti keterampilan dasar, akdemik, dan vokalional. Mereka total
tidak bisa dididik dan dilatih.
No comments:
Post a Comment