Tolong menolong sikap positif yang menjadi ciri khas Indonesia, setidaknya di daerah pedesaan tradisi seperti gotong royong masih bisa ditemui. Saat seseorang dalam kesulitan tentunya ia berharap ada yang menolongnya, apalagi jika kesulitan yang dihadapinya tidak bisa ditangani sendiri. Akan tetapi pada saat apakah kiranya orang akan bersedia menolong,,? Di bawah ini akan dijelaskan faktor-faktor yang membuat seseorang mau menolong orang lain :
- Pengaruh Faktor dari Dalam Diri
v Suasana Hati (Mood)
Emosi seseorang dapat memengaruhi kecenderungannya untuk menolong (Baron, Byrne, Branscombe, 2006). Emosi positif secara umum meningkatkan tingkah laku menolong. Namun, jika situasinya tidak jelas (ambigu), maka orang yang sedang bahagia cenderung untuk mengasumsikan bahwa tidak ada keadaan darurat sehingga tidak menolong. Pada emosi negatif, seseorang yang sedang sedih mempunyai kemungkinan menolong yang lebih kecil. Namun, jika dengan menolong dapat membuat suasana hati lebih baik, maka dia akan memberikan pertolongan.
v Sifat
Beberapa penelitian membuktikan terdapat hubungan antara karakteristik seseorang dengan kecenderungannya untuk menolong. Orang yang mempunyai sifat pemaaf (Forgiveness), ia akan mempunyai kecenderungan mudah menolong (Karrenmans, dkk, 2005). Orang yang mempunyai pemantauan diri (Self Monitoring) yang itnggi juga cenderung lebih penolong, karena dengan menjadi penolong, ia akan memperoleh penghargaan sosial yang lebih tinggi (White & Gerstein, 1987, dalam Sarwono, 2002).
Beberapa karakteristik lainnya yang mendukung tingkah laku menolong adalah kebutuhan akan persetujuan (Need For Approval). Individu yang kebutuhannya akan pujian ataupun tanda-tanda pengahrgaan lainnya sangat tinggi, jika situasi menolong memberikan peluang untuk mendapatkan penghargaan bagi dirinya, amak ia akan meningkatkan tingkah laku menolongnya (Deutsch & Lamberti, 1986, dalam Baron, Byrne, Branscombe, 2006).
v Jenis Kelamin
Peranan gender terhadap kecenderungan seseorang untuk menolong sangat bergantung pada situasi dan bentuk pertolongan yang dibutuhkan. Laku-laki cenderung lebih mau terlibat dalam aktivitas menolong pada situasi darurat yang membahayakan, misalnya menolong seseorang dalam kebakaran. Hal ini tampaknya terkait dengan peran tradisional laki-laki, yaitu laki-laki dipandang lebih kuat dan lebih mempunyai keterampilan untuk melindungi diri. Sementara perempuan, lebih tampil menolong pada situasi yang bersifat memderi dukungan emosi, merawat, dan mengasuh (Deaux, Dane, Wrightsam, 1993).
v Tempat Tinggal
Orang yang tinggal di daerah pedesaan cenderung lebih penolong daripada orang yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui Urban-overload hypothesis, yaitu orang-orang yang tinggal di perkotaan terlalu banyak mendapat stimulasi dari lingkungan. Oleh karenanya, ia harus selektif dalam menerima paparan informasi yang sangat banyak agar bisa tetap menjalankan peran-perannya dengan baik. Itulah sebabnya, di perkotaan, orang-orang yang sibuk sering tidak peduli dengan kesulitan orang lain karena ia sudah Overload dengan beban tugasnya sehari-hari (Deaux, Dane, Wrightsman, 1993).
Dikutip dari Buku Psikologi Sosial, Penyunting Sarlito Wirawan dan Eko A Meinarno, Penerbit Salemba Humanika.
No comments:
Post a Comment